Muara Bulian, Ukiran Kayu Khas dari Desa Pulau Betung Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang hari Provinsi Jambi diolah oleh pengrajin terampil yang mengandung unsur seni dan keindahan spesifik, proses pembuatannya dilakukan dengan penuh teliti, serius dan kesabaran yang tinggi, sehingga menarik minat konsumen untuk memilikinya.
Sebagai informasi keberadaan ukiran kayu Pulau Betung awalnya dirintis oleh seorang pengrajin bernama Syafar yang memperoleh pengalaman beberapa tahun bekerja sebagai buruh pada salah satu pengusaha pengelola kerajinan kayu di Kota Jambi. Bermodalkan pengalamannya, tahun 1989 Syafar mencoba memanfaatkan sisa-sisa kayu tebangan dari jenis kayu Rengas, Tembesu dan lain sebagainya yang terdapat disekitar desanya untuk diolah menjadi barang kerajinan berupa kursi taman dalam bentuk ukiran yang khas seperti akar belit, ternyata usahanya menarik perhatian masyarakat sekitarnya, sehingga tetangga dan kerabatnyapun ikut membuat kerajinan kayu.
Semula pengrajin melakukan kegiatannya didalam Desa, jauh dari jalan raya, namun setelah menjadi produk kerajinan berupa Kursi Taman dan Asbak, produk tersebut dibawa dan dipajang dipinggir jalan untuk dijual, akhirnya satu persatu pengrajin membangun tempat bekerja sekaligus menjual produknya secara sederhana dipinggir jalan. Tahun 1990 pengrajin ukiran kayu yang dirintis tersebut bertambah menjadi 15 orang, dengan produk dan kreasi yang terus bertambah sesuai kebutuhan masyarakat, sehingga Pemerintah Daerah melalui Instansi terkait seperti Dinas Perindustrian Kabupaten Batang Hari mulai membina secara serius, baik terhadap proses produksi, kemampuan berwira-usaha maupun bantuan permodalan dan peralatannya.
Sebagaimana diketahui, bahan baku merupakan salah satu unsur yang sangat menentukan kualitas suatu produk, sehingga untuk menghasilkan produk kerajinan kayu juga memerlukan bahan baku berkualitas. Untuk bahan baku kerajinan kayu Pulau Betung adalah jenis kayu Tembesu, Rengas, Sungkai, Kayu Durian, Nangka, Macang, Cempedak dan jenis kayu lainnya yang mempunyai serat dan tingkat keawetan yang baik. Guna memenuhi kebutuhan bahan baku, selama ini pengrajin memanfaatkan kayu sisa tebangan yang berada disekitar lokasi di Desa Pulau Betung, kecuali bahan baku tambahan antara lain seperti Dempul, Plitur dan Melamik didatangkan dari Kota Jambi.
Proses pembuatan kerajinan ukiran kayu Pulau Betung cukup sederhana dengan menggunakan peralatan pahat sebagai ukiran, kikir dan Chainsay yakni : kayu hasil tebangan berupa akar maupun kayu bulat dipotong sesuai ukuran yang diinginkan, lalu didisain dengan menggunakan pensil atau arang, dengan motif akar belit, akar dalam, motif bunga batu, kembang jengkol, motif bunga kol serta motif alami yang mengikuti alur/serat kayu.
Kayu yang sudah dipola lalu dipahat dan dilobangi sesuai dengan motif yang ada, untuk menghilangkan serat yang kasar, sekaligus pemberian warna yang khas dilakukan proses pembakaran pada bagian tertentu, selanjutnya dihaluskan dnegan menggunakan amplas, baru dikeringkan dengan cara diangin-anginkan pada ruang terbuka.
Sedang untuk memperoleh hasil yang lebih halus, bagian tertentu didempul, diamplas dan diplitur serta di olesi dengan melamic supaya lebih mengkilap. Berkat bimbingan dari Pemerintah Daerah secara kontinyu sehingga wawasan pengrajin setelah diikutkan magang, pelatihan, promosi dan pameran diberbagai tempat, produk yang semula hanya kursi taman, meja dan asbak, kini mulai bervariasi dengan disain baru seperti : Meja Telephon, Ikan Arwana, Meja Oshin (meja lsehan), berbagai bentuk binatang, Asbak berbagai model, Kursi Tamu dan Kursi Mayam.
Kapasitas dalam satu bulan jenis produk kerajinan ukiran Pulau Betung sebagai berikut : Asbak 200 buah, Kursi tamu 3 set, meja telephon, berbagai jenis ikan 37 set, dengan omset berkisar Rp 53.350.000/bulan. hasil produksi ukiran kayu Pulau Petung dipasarkan melalui kios-kios yang ada disepanjang jalan Desa Pulau Betung dan Lopak Aur, Sanggar Kerjinan PKK Sri Tanjung Jambi, Sanggar PKK Kabupaten Batang Hari, Toko Dekranasda Provinsi Jambi dan Batang Hari, termasuk dipasarkan oleh pedagang dan Instani Pemerintah melalui Pameran keluar Provinsi Jambi seperti Sumbar, Sumsel, Riau, Medan, Batam, dan kota-kota bsar lainnya seperi Pulau Jawa dan Bali.
Hingga Desember 2011 Pengrajin ukiran kayu Pulau Betung berjumlah 178 orang tergabung dalam 27 unit usaha sebagai keanggotaan sentra dan kelompok kerja seperti kelompok usaha bersama ataupun Konpinka. Kios-kios yang menjual produk kerajinan kayu pulau betung dipingir jalan Dsa Pulau Betung berjumlah 5 buah dana di pingir Jalan Desa Lopak Aur 2 unit dibangun secara swadaya masyarakat, dengan investasi yang sudah tertanam Rp 1.168.750.000.
Bantuan pinjaman modal kerja dengan siystem kemitraan dari berbagai BUMN antara lain berasal dari PT.Pusri, PLN, Jasa marga, PT. Pos Indonesia, Pertamina dan PT. Sarana Jambi Ventura. Permasalahan yang dihadapi pengrajin ukiran kayu Pulau Betung dan Lopak aur adalah semakin sulit mendapatkan bahan baku jenis kayu Tembesi, Rengas dan Sungkai, sehingga pengrajin menggunakan bahan jenis kayu lain sehingga setelah jadi produk,mutunya kurang terjamin seperti kerusakan akibat jamur, retak akibat kayu yang lunak, muda dan belum kering.
Pengrajin kurang mampu mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang didapat dari pelatihan atau magang yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah dan swasta dan semakin jenuhnya pasar terhadap jenis produk yang dihasilkan oleh pengrajin sehingga sulit bersaing dengan produk ukiran kayu dari daerah lainnya.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut Pemkab Batang Hari melakukan pelatuhan pengembangan disain dan finishing untuk variasi produk sekaligus untuk menyesuaikan jenis kayu yang digunakan dengan jenis produk yang dihasilkan, mengirim pengrajin kedaerah yang mempunyai kerajinan sejenis dan lebih maju seperti Bali, Kediri, dan Yokyakarta, pengkajian mutu dan teknologi yang tepat untuk mengatasi kerusakan yang sering terjadi, temu usaha dalam rangka perluasan pasar, tukar menukar informasi antar pengrajin se Provinsi Jambi, sehingga diupayakan terciptanya Pulau Betung menjadi pusat pemasaran kerajinan termasuk mengikutsertakan pada berbagai kesempatan pameran dan promosi baik ditingkat lokal, regional dan internasional. (Sumber Disperindagkop Batang Hari).